Rentan Terluka
Matahari
masih memancarkan sinar panasnya di kota Tg.Pinang. Aku melirik jam tangan ku,
ternyata baru pukul Sebelas lewat dua menit. Aku memilih menghabiskan jam
pelajaran ku kali ini sendiri dikantin. Sekarang aku duduk dikelas XII SMK, semakin
ingin menghadapi ujian akhir, aku merasa guru-guruku semakain santai dengan
banyaknya jam kosong yang kurasa saat ini. Aku juga termasuk salah satu anggota
OSIS dengan jabatan sebagai sekretaris. Walaupun aku sebentar lagi lulus, namun
kesibukan saat berada di OSIS tak mungkin secara langsung ku lupakan. Jenuh
juga kurasakan sendiri selama beberapa tahun terakhir. Ku rasa ini saatnya aku
mencarai kekasih lagi saat kejadian itu berlalu dengan begitu menyedihkan.
Kurasa semua perempuan pasti menginginkan seorang kekasih yang perhatian,
termasuk aku juga. Dulu ketidaksabaran ku membuat ku kehilangan orang yang aku
cintai. Namaku Riska, dan ini kisah laluku.
Minggu
pagi anak-anak OSIS mengadakan rapat untuk pembentukan OSIS yang baru. Hari itu
aku sangat sibuk dengan segala kerjaanku. Hingga sore datang pekerjaan ku akhirnya
selesai dengan tepat waktu. Kurasa ingin saja ku pulang, karena lelah yang begitu penat membuat badanku seperti kaku.
Disaat kami sudah selesai rapat dan kami ingin pulang, aku berdiri dan pergi
keparkiran. Tiba-tiba saja rini datang dengan cepat dan memanggilku.
“eh ris, ada yang mau
kenalan sama kamu tuh.”
“kenalan? Siapa?”
tanyaku padanya.
“namanya Jeri, anak
gambar bangunan itu loh ris. Dia juga minta nomor hp kamu, aku kasi aja ya
ris.”
“eh apaansih, gak
usahlah. ngaco kamu ah. Ntar
ujung-ujungnya gak jelas, malesin banget.”
“jelas ris,, jelas dia
pasti jelas. Gak apa-apalah, anaknya manis jugak kok. Ituloh dia yang minta
izin keluar tadi waktu kita rapat. Yang pake baju putih jogja itu, lihatkan
tadi?”
“aku gak lihat dan gak
merahatiin jugak sih.”
“jadi gimana? Kasi gak
ni?”
“yaudahlah, terserah
kamu aja.”
“okay.”
Malam itu aku sedang membuat tugas di kamarku. Aku baru
saja ingin menyelesaikan tugas ku tiba-tiba saja handphone ku bergetar dan ada sms masuk dari nomor yang tak
kukenal.
“selamat malam, ini
riska ya?”
“iya, ini siapa ya?”
“ini aku jeri. Yang
tadi minta nomor kamu dari rini.”
“oh, ada apa jer? Ada
yang bisa aku bantu?”
“gak ada kok ris, aku
cuma mau kenalan aja sih sama kamu. Bolehkan?”
“iya boleh kok jer.
Kalau gitu salam kenal ya.”
“oke ris, kamu lagi
ngapain?”
“aku lagi buat tugas,
kamu sendiri lagi ngapain? Gak belajar?”
“lagi belajar juga kok
ris”
“oh baguslah kalo
gitu.”
Setelah itu dia tak
membalas lagi sms ku.
Seminggu berlalu,
aku semakin akrab dengan jeri. Tak terasa sudah hampir minggu ketiga aku
kenal dengan dia. Jika bertemu disekolah, kami selalu saling sapa dan dan
tersenyum malu. Jeri begitu baik, tak jarang juga dia membantu ku membuat tugas
sekolah. Terus dia juga perhatian kepadaku. Hingga pada akhirnya tepat malam
minggu, disaat aku sedang berkumpul dengan keluarga besarku. Jeri mengungkapkan
perasaannya kepadaku lewat sms singkat tanpa basa-basi yang berisikan.
“ris, aku suka kamu.
Kamu mau gak jadi kekaasih ku?”
Hatiku langsung
beregetar saat jeri mengatakan itu, kata-kata yang tak pernah kuduga sebelumya.
Waluapun lewat pesan singkat, tapi aku tetap menghargai perasaanya kepdaku.
Laliu kujawab saja dengan singkat pula.
“terima kasih atas
kejujurannya malam ini, tapi maaf ya jer, aku belum bisa jawab iya atau
tidaknya. Karena masih banyak hal dan waktu untuk menjawab semua itu.”
Lalu jeri membalas
dengan cepat. “ oke gak apa-apa kalau gak bisa sekarang, tapi besok pagi
kutunggu jawabannya ya ris.”
“iya.” Kataku
Bingung bukan main yang aku rasakan saat itu. Aku masih
ragu mau terima jeri atau tidak, Karen aku takut untuk sakit hati kesekian
kalinya. Akhirnya kupikir lagi matang-matang jawaban ku, krena ini tidak bisa
dijawab sembarangan. Ini menyangkut masalah hati, salah letak bisa saja retak.
Akhirnya kuputuskan setelah pikir panjang, bahwa aku akan menerima jeri dengan
satu syarat, bahwa dia harus bisa menjaga kesetiannya untuk ku, agar tak akan
ada yang sakit diantara kami kelak. Laalu kuketik sms singkat berisikan.
“iya, aku terima kamu.
Kuharap kamu bisa jaga kesetiaan mu agar tak
ada yang skait hati nanti.”
Dan jeri hanya
membalas. “ terima kasih banyak riska, aku janji akan jaga kesetiaan ku untuk
kamu.”
Hari-hari berlalu begitu indah semenjak ada jeri
dikehidupanku, rasanya aku sangat bersyukur tuhan memberikan jeri masuk kedalam
hatiku. Empat bulan berlalu, hubungan kami berjalan dengan begitu mulus, tanpa
perkelahian atau perselisihan pendapat. Semua dilalui dnegan hari-hari penuh
kasih sayang. Aku merasa jeri sangat mengerti aku, hingga pada akhirnya disaat
kami sama-sama menjadi panitia pesantren kilat. Mulai lah timbul permaslahan
antara kami hari itu. Dengan hujan yang turun pada hari itu, aku merasa hujan
mengerti perasaanku yang begitu sedih saat jeri meninggalkan aku di sekolah dan
dia pulang bersama temannya tanpa pamit kepadaku, tak biasanya dia melakukan
ini kepadaku. Tanpa minta maaf semenjak hari itu aku merasa dia seakan
menjauhiku secara perlahan. Aku bepikir bahwa jeri sepertinya sudah tak
menyayangiku lagi. Cuek tanpa sebab membuat aku akhirnya mengambil keputusan
bahwa aku ingin bubaran saja karena ku rasa sudah tak ada gunanya lagi kami
bersama-sama. Aku menyangi jeri tapi apa daya dia tak mempertahankan aku sama
sekali disaat aku memilih untuk bubar.
Asal kamu tahu jeri, aku memang bukan manusia terbaik
yang ada dibumi. Namun kau harus tahu, aku pernah mencintaimu dengan cara
terbaikku. Dengan begitu sempurna aku menyangimu. Tapi apalah daya, tak ada
guna aku menahanmu agar tidak lepas, namun pada akhirnya kau yang ingin
terlepas.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar