Senin, 23 Mei 2016

Cerita Pendek

Rentan Terluka

Matahari masih memancarkan sinar panasnya di kota Tg.Pinang. Aku melirik jam tangan ku, ternyata baru pukul Sebelas lewat dua menit. Aku memilih menghabiskan jam pelajaran ku kali ini sendiri dikantin. Sekarang aku duduk dikelas XII SMK, semakin ingin menghadapi ujian akhir, aku merasa guru-guruku semakain santai dengan banyaknya jam kosong yang kurasa saat ini. Aku juga termasuk salah satu anggota OSIS dengan jabatan sebagai sekretaris. Walaupun aku sebentar lagi lulus, namun kesibukan saat berada di OSIS tak mungkin secara langsung ku lupakan. Jenuh juga kurasakan sendiri selama beberapa tahun terakhir. Ku rasa ini saatnya aku mencarai kekasih lagi saat kejadian itu berlalu dengan begitu menyedihkan. Kurasa semua perempuan pasti menginginkan seorang kekasih yang perhatian, termasuk aku juga. Dulu ketidaksabaran ku membuat ku kehilangan orang yang aku cintai. Namaku Riska, dan ini kisah laluku.
Minggu pagi anak-anak OSIS mengadakan rapat untuk pembentukan OSIS yang baru. Hari itu aku sangat sibuk dengan segala kerjaanku. Hingga sore datang pekerjaan ku akhirnya selesai dengan tepat waktu. Kurasa ingin saja ku pulang, karena lelah yang  begitu penat membuat badanku seperti kaku. Disaat kami sudah selesai rapat dan kami ingin pulang, aku berdiri dan pergi keparkiran. Tiba-tiba saja rini datang dengan cepat dan memanggilku.
“eh ris, ada yang mau kenalan sama kamu tuh.”
“kenalan? Siapa?” tanyaku padanya.
“namanya Jeri, anak gambar bangunan itu loh ris. Dia juga minta nomor hp kamu, aku kasi aja ya ris.”
“eh apaansih, gak usahlah. ngaco kamu ah. Ntar ujung-ujungnya gak jelas, malesin banget.”
“jelas ris,, jelas dia pasti jelas. Gak apa-apalah, anaknya manis jugak kok. Ituloh dia yang minta izin keluar tadi waktu kita rapat. Yang pake baju putih jogja itu, lihatkan tadi?”
“aku gak lihat dan gak merahatiin jugak sih.”
“jadi gimana? Kasi gak ni?”
“yaudahlah, terserah kamu aja.”
“okay.”
            Malam itu aku sedang membuat tugas di kamarku. Aku baru saja ingin menyelesaikan tugas ku tiba-tiba saja handphone ku bergetar dan ada sms masuk dari nomor yang tak kukenal.
“selamat malam, ini riska ya?”
“iya, ini siapa ya?”
“ini aku jeri. Yang tadi minta nomor kamu dari rini.”
“oh, ada apa jer? Ada yang bisa aku bantu?”
“gak ada kok ris, aku cuma mau kenalan aja sih sama kamu. Bolehkan?”
“iya boleh kok jer. Kalau gitu salam kenal ya.”
“oke ris, kamu lagi ngapain?”
“aku lagi buat tugas, kamu sendiri lagi ngapain? Gak belajar?”
“lagi belajar juga kok ris”
“oh baguslah kalo gitu.”
Setelah itu dia tak membalas lagi sms ku.
            Seminggu berlalu,  aku semakin akrab dengan jeri. Tak terasa sudah hampir minggu ketiga aku kenal dengan dia. Jika bertemu disekolah, kami selalu saling sapa dan dan tersenyum malu. Jeri begitu baik, tak jarang juga dia membantu ku membuat tugas sekolah. Terus dia juga perhatian kepadaku. Hingga pada akhirnya tepat malam minggu, disaat aku sedang berkumpul dengan keluarga besarku. Jeri mengungkapkan perasaannya kepadaku lewat sms singkat tanpa basa-basi yang berisikan.
“ris, aku suka kamu. Kamu mau gak jadi kekaasih ku?”
Hatiku langsung beregetar saat jeri mengatakan itu, kata-kata yang tak pernah kuduga sebelumya. Waluapun lewat pesan singkat, tapi aku tetap menghargai perasaanya kepdaku. Laliu kujawab saja dengan singkat pula.
“terima kasih atas kejujurannya malam ini, tapi maaf ya jer, aku belum bisa jawab iya atau tidaknya. Karena masih banyak hal dan waktu untuk menjawab semua itu.”
Lalu jeri membalas dengan cepat. “ oke gak apa-apa kalau gak bisa sekarang, tapi besok pagi kutunggu jawabannya ya ris.”
“iya.” Kataku
            Bingung bukan main yang aku rasakan saat itu. Aku masih ragu mau terima jeri atau tidak, Karen aku takut untuk sakit hati kesekian kalinya. Akhirnya kupikir lagi matang-matang jawaban ku, krena ini tidak bisa dijawab sembarangan. Ini menyangkut masalah hati, salah letak bisa saja retak. Akhirnya kuputuskan setelah pikir panjang, bahwa aku akan menerima jeri dengan satu syarat, bahwa dia harus bisa menjaga kesetiannya untuk ku, agar tak akan ada yang sakit diantara kami kelak. Laalu kuketik sms singkat berisikan.
“iya, aku terima kamu. Kuharap kamu bisa jaga kesetiaan mu agar tak  ada yang skait hati nanti.”
Dan jeri hanya membalas. “ terima kasih banyak riska, aku janji akan jaga kesetiaan ku untuk kamu.”
            Hari-hari berlalu begitu indah semenjak ada jeri dikehidupanku, rasanya aku sangat bersyukur tuhan memberikan jeri masuk kedalam hatiku. Empat bulan berlalu, hubungan kami berjalan dengan begitu mulus, tanpa perkelahian atau perselisihan pendapat. Semua dilalui dnegan hari-hari penuh kasih sayang. Aku merasa jeri sangat mengerti aku, hingga pada akhirnya disaat kami sama-sama menjadi panitia pesantren kilat. Mulai lah timbul permaslahan antara kami hari itu. Dengan hujan yang turun pada hari itu, aku merasa hujan mengerti perasaanku yang begitu sedih saat jeri meninggalkan aku di sekolah dan dia pulang bersama temannya tanpa pamit kepadaku, tak biasanya dia melakukan ini kepadaku. Tanpa minta maaf semenjak hari itu aku merasa dia seakan menjauhiku secara perlahan. Aku bepikir bahwa jeri sepertinya sudah tak menyayangiku lagi. Cuek tanpa sebab membuat aku akhirnya mengambil keputusan bahwa aku ingin bubaran saja karena ku rasa sudah tak ada gunanya lagi kami bersama-sama. Aku menyangi jeri tapi apa daya dia tak mempertahankan aku sama sekali disaat aku memilih untuk bubar.
            Asal kamu tahu jeri, aku memang bukan manusia terbaik yang ada dibumi. Namun kau harus tahu, aku pernah mencintaimu dengan cara terbaikku. Dengan begitu sempurna aku menyangimu. Tapi apalah daya, tak ada guna aku menahanmu agar tidak lepas, namun pada akhirnya kau yang ingin terlepas.







SELESAI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar